Ia mengatakan, awan cumulonimbus bisa terbentuk kapan saja. Ada enam kondisi yang bisa memicu terbentuknya awan tersebut, seperti lapisan udara yang tidak stabil, udara harus hangat dan lembap, mekanisme pemicu harus menyebabkan udara lembap hangat naik, pemanasan lapisan udara dekat dengan permukaan, naiknya tanah memaksa udara ke atas dan sebuah front memaksa udara ke atas.
"Awan cumulonimbus terbentuk di bagian bawah troposfer, yakni lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan bumi. Karena penguapan dan efek rumah kaca, maka wilayah tersebut dapat menghasilkan udara hangat yang memungkinkan terciptanya awan cumulus dan awan cumulonimbus," paparnya.
Baca Juga:
Damkar Lebak Banten Evakuasi Ular Sanca Sepanjang 2,5 Meter dari Dalam Kloset Kamar Mandi Warga
Menurutnya, waterspout yang terjadi dari terbentuknya awan cumulonimbus ini mempunyai potensi bencana. Potensi bencana itu berupa cuaca ekstrem, seperti angin kencang, hujan deras disertai angin kencang dan petir, angin puting beliung, hingga hujan es.
Ia pun mengimbau para pelayan dan warga di pesisir pantai untuk menghindari awan cumulonimbus yang terbentuk di sekitar perairan.
"Memang benar awan cumulonimbus (Cb) mempunyai potensi bahaya atau kebencanaan, awan cumulonimbus ini wajib dihindari oleh masyarakat penerbangan, pelayaran, dan masyarakat umum," pungkasnya.[mga]